Terapi jangka pendek untuk dermatomikosis, keratitis jamur, pityriasis versicolor, kandidiasis oral & vulvovaginal. Terapi jangka panjang untuk onikomikosis & mikosis sistemik: aspergillosis, blastomikosis, histoplasmosis, kandidiasis, kriptokokosis (termasuk meningitis kriptokokus), parakoksidioidomikosis, sporotrikosis.
Dermatomikosis, kandidosis oral 100 mg 1 x/hr selama 15 hr. Pityriasis versicolor 200 mg 1 x/hr selama 7 hr.
Kandidiasis vulvovaginal 200 mg 2 x/hr selama 1 hr atau 200 mg 1 x/hr selama 3 hr. Regio yang banyak mengandung keratin (tinea pedis & tinea manus): Tambahan dosis 100 mg/hr selama 15 hr. Keratitis jamur 200 mg 1 x/hr selama 21 hr. Aspergilosis 200 mg 1 x/hr selama 2-5 bln. Kandidiasis 100-200 mg 1 x/hr selama 3-7 minggu. Peny invasif atau diseminata: Tingkatkan dosis hingga 200 mg 2 x/hr. Kriptokokosis non meningeal 200 mg 1 x/hr selama 2 bln-1 thn. Meningitis kriptokokal 200 mg 2 x/hr selama 2 bln - 1 thn. dosis pemeliharaan (kasus meningeal): 200 mg 1 x//hr. Blastomikosis 100 mg 1 x/hr atau 200 mg 2 x/hr selama 6 bln. Histoplasmosis 200 mg 1 atau 2 x/hr selama 8 bln. Parakoksidioidomikosis 100 mg 1 x/hr selama 6 bln. Sporotrikosis 100 mg 1 x//hr selama 3 bln.
Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.
Pantau segera kadar enzim hati jika selama pengobatan pasien mengalami gejala (misalnya kelelahan, mual, muntah, anoreksia, nyeri perut atau urin berwarna gelap) & jika tidak normal, pengobatan harus dihentikan. Jangan memulai pengobatan pada pasien dengan peningkatan enzim hati kecuali manfaat yang diharapkan melebihi risiko cedera hati. Hentikan pengobatan jika terjadi neuropati yang mungkin disebabkan oleh itrakonazol. Bioavailabilitas oral itrakonazol mungkin lebih rendah pada pasien sirosis & pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Pantau konsentrasi plasma itrakonazol & sesuaikan dosis bila perlu. Pemberian pada wanita hamil harus bersamaan dengan pil kontrasepsi & harus dilanjutkan selama satu periode menstruasi setelah terapi dihentikan. Tidak boleh diberikan kepada wanita hamil. Pasien anak.
Jangka pendek: sakit kepala, pusing, mual, gangguan lambung, dispepsia, ruam, pruritus, urtikaria, angioedema, peningkatan enzim hati yang reversibel. Kasus sindrom Stevens-Johnson. Jangka panjang: edema, gangguan GI, peningkatan enzim hati yang reversibel, kerontokan rambut, hepatitis & neuropati perifer.
Kadar plasma menurun bila digunakan bersamaan dengan rifampisin & fenitoin. Absorpsi obat ini menurun bila digunakan bersamaan dengan antasid, absorben atau antagonis histamin H2. Metabolisme dipercepat bila digunakan bersamaan dengan rifampisin. Berpotensi mengalami interaksi dengan siklosporin A, warfarin & digoksin.
J02AC02 - itraconazole ; Belongs to the class of triazole and tetrazole derivatives. Used in the systemic treatment of mycotic infections.
Spyrocon kaps 100 mg
3 × 4's