Pengobatan degenerasi makular yg berhubungan dg usia (AMD) neovaskular (basah), ggn daya penglihatan krn edema makular diabetikum (DME) atau neovaskularisasi koroidal (CNV) sekunder terhadap miopati patologik (PM).
0.5 mg (0.05 mL) sebagai inj intravitreal tunggal. Interval pemberian antar 2 dosis tdk boleh <1 bln. AMD basah, ggn penglihatan krn DME & edema makular sekunder thd RVO Pengobatan diberikan tiap bulan & dilanjutkan hingga ketajaman penglihatan stabil pd penentuan selama 3 bulan berturut-turut. Selanjutnya, pantau ketajaman penglihatan tiap bulan. Ggn penglihatan krn CNV sekunder thd PM Dosis awal diberikan inj dosis tunggal. Pantau tanda-tanda aktivitas penyakit untuk menentukan perlu tidaknya pengobatan lebih lanjut.
Hipersensitivitas. Dugaan atau adanya infeksi okular atau periokular aktif, inflamasi intraokular aktif.
Teknik inj aspetik yg tepat perlu dilakukan. Monitor TIO & perfusi saraf mata. Kejadian tromboembolik arteri. Imunogenesiti. Dpt mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Hamil & laktasi. Anak <18 thn.
Nasofaringitis, infeksi saluran pernapasan bagian atas, influenza, ISK (hanya pasien DME). Anemia. Ansietas. Sakit kepala, pusing, stroke. Gangguan pd mata. Batuk. Mual, konstipasi. Reaksi alergi (ruam, urtikaria, pruritus, eritema). Arthralgia, nyeri punggung, artritis. Peningkatan TIO. Hipertensi.
S01LA04 - ranibizumab ; Belongs to the class antineovasculatisation agents. Used in the management of neovascular macular degeneration.
Patizra lar inj 10 mg/mL
(vial) 0.23 mL x 1's (Rp4,785,000/boks)